
During his life, William Faulkner experienced different jobs. He was a moody young man and a puzzle to the townspeople of Oxford” (O’Connor, 1968: 116). “William Faulkner was a poor student, and left his high school after the tenth grade for a job in his grandfather’s bank. Yang bahkan menjadi ciri pembeda antara sebuah karya sastra seorang pengarang dengan pengarang lainnya. Bukti akan adanya psikologi pengarang yang mempengaruhi karya sastranya dapat dilihat melalui perbandingan antara sebuah karya sastra yang tercipta dengan latar belakang kehidupan pengarangnya.

Setelah menganalisis novel ini, penulis menyimpulkan bahwa setiap karya sastra yang tercipta secara tidak sadar dipengaruhi oleh kehidupan pengarangnya. Penulis menganalisis tema, cerita, karakter dan simbol didalam novel secara lebih mendalam. Dalam membahas karya sastra ini, penulis menggunakan pendekatan ekspresif oleh MH.Abrams dengan mengambil kutipan dari sumber data utama yaitu novel Harry Potter and the Goblet of Fire dan data riwayat hidup pengarang, ditambah sumber data lainnya yang menunjang penelitian yang berasal dari buku, internet, artikel dan, kemudian dianalisis dengan teori psikologi oleh Sigmund Freud. Seperti tekanan, kesepian, dan kurangnya kepercayaan diri yang juga hadir dalam beberapa bentuk simbol. Berdasarkan analisis penulis, posisi Hermione dalam novel ini sangat erat kaitannya dengan psikologi Rowling pada masa hidupnya.

Didalam novel ini terdapat pengalaman hidup seorang Rowling yang secara tidak sadar mempengaruhi karakter Hermione. Skripsi ini menganalisis sebuah novel berjudul Harry Potter and the Goblet of Fire karangan Joanna Kathleen Rowling.
